Granit Xhaka di Sunderland kini menjadi salah satu kisah sukses terbesar musim ini di Liga Inggris. Setelah meninggalkan Bayer Leverkusen dan bergabung dengan Sunderland dengan biaya transfer sebesar £13 juta, performanya mencuri perhatian banyak pihak. Di usia 33 tahun, pemain asal Swiss itu membuktikan bahwa pengalaman dan kepemimpinan tetap menjadi aset penting dalam sepak bola modern.
Transformasi Sunderland di Bawah Kepemimpinan Xhaka
Sejak kedatangannya, Granit Xhaka langsung dipercaya sebagai kapten tim oleh pelatih utama. Keputusan tersebut terbukti tepat. Sunderland menunjukkan perubahan besar di lapangan—dari tim papan tengah menjadi skuad yang solid dan sulit dikalahkan. Di kandang, mereka bahkan belum pernah menelan kekalahan sepanjang paruh pertama musim 2025/2026.
Kepemimpinan Xhaka tidak hanya terlihat dari gestur dan komunikasi di lapangan, tetapi juga dari disiplin dan etos kerja yang menular ke pemain muda. Ia sering terlihat berbicara langsung dengan rekan-rekannya saat pertandingan berlangsung, memastikan organisasi permainan tetap terjaga.
Statistik Mengesankan dan Pengaruh di Lapangan Tengah
Dalam 12 pertandingan pertama musim ini, Xhaka mencatatkan dua gol dan empat assist. Namun kontribusinya jauh melampaui angka. Ia menjadi penghubung antara lini belakang dan depan, memastikan transisi berjalan mulus. Penguasaan bolanya yang tenang serta kemampuan membaca permainan membuat Sunderland sulit direbut penguasaan bola.
Dengan pengalaman panjangnya di Arsenal dan Bayer Leverkusen, Xhaka membawa standar profesional yang tinggi. Banyak pengamat menilai, performa konsisten Sunderland sebagian besar disebabkan oleh stabilitas yang ia ciptakan di ruang ganti.
Reaksi Penggemar: Dari Ragu Menjadi Kagum
Awalnya, sebagian penggemar Sunderland sempat skeptis dengan kedatangan Xhaka. Mereka menganggap usia 33 tahun terlalu tua untuk menghadapi intensitas Premier League. Namun, pandangan itu kini berbalik 180 derajat. Setiap kali Xhaka tampil di Stadium of Light, sorakan dukungan menggema dari seluruh tribune.
Banyak suporter memuji dedikasinya. Ia tak pernah menghindar dari duel keras dan selalu menjadi pemain pertama yang menenangkan rekan setim saat terjadi ketegangan di lapangan. Bagi penggemar, Xhaka kini bukan hanya pemain bintang, tetapi simbol kepemimpinan baru klub.
Dampak Finansial dan Reputasi Klub
Kedatangan Granit Xhaka juga membawa efek domino di luar lapangan. Penjualan jersey meningkat drastis sejak penunjukannya sebagai kapten. Klub Sunderland pun mendapatkan perhatian media internasional yang lebih besar. Sponsor baru mulai berdatangan, dan reputasi klub meningkat di kancah Eropa.
Selain itu, nilai pasar beberapa pemain muda Sunderland juga naik karena performa tim yang membaik. Hal ini menunjukkan bahwa investasi £13 juta untuk Xhaka bukan hanya sukses secara teknis, tetapi juga ekonomis.
Tantangan Selanjutnya untuk Sunderland dan Xhaka
Meski performa mereka di kandang luar biasa, tantangan sesungguhnya masih menanti di paruh kedua musim. Xhaka dan timnya perlu menjaga konsistensi terutama saat bertandang ke markas lawan yang lebih kuat. Jadwal padat Premier League juga menguji daya tahan fisik para pemain senior seperti dirinya.
Namun, dengan motivasi tinggi dan pengalaman panjang di level internasional, Xhaka tampak siap menghadapi semua tantangan itu. Ia bahkan disebut-sebut mulai dilirik untuk kembali memperkuat tim nasional Swiss di ajang Euro berikutnya.
Kesimpulan: Xhaka, Definisi Baru “Signing of the Season”
Melihat kontribusi menyeluruhnya, banyak pihak menyebut Granit Xhaka sebagai “signing of the season” versi Sunderland. Ia tidak hanya memberikan performa individu cemerlang, tetapi juga menanamkan mentalitas juara pada seluruh tim.
Sunderland kini punya identitas baru: tim pekerja keras yang bermain dengan hati dan strategi. Dan di pusat perubahan itu berdiri sang kapten — Granit Xhaka, simbol kebangkitan dan inspirasi nyata bagi klub yang berjuang mengukir sejarah di Premier League.